Contoh Biaya Modal (Cost of Equity)
Cost of equity, atau biaya ekuitas, merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor sebagai kompensasi atas risiko yang mereka ambil dengan berinvestasi. Ini mencerminkan tingkat pengembalian minimum yang harus diperoleh investor untuk memastikan bahwa investasi tersebut sebanding dengan risiko yang dihadapi oleh para investor.
- Berikut adalah contoh sederhana dari cost of equity :
Bayangkan Anda memiliki dana dan tengah mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam bisnis milik kerabat atau teman yang baru membuka Coffee Shop.
Sebelum Anda memberikan dana Anda kepada teman Anda tersebut, tentu Anda ingin tahu berapa tingkat pengembalian yang bisa Anda harapkan sebagai imbalan atas risiko yang Anda ambil dengan berinvestasi (menempatkan dana) di Coffee Shop tersebut.
Misalnya, Anda menghitung bahwa karena risiko bisnis Coffee Shop yang baru ini cukup tinggi, Anda ingin minimal mendapatkan pengembalian 15% dari investasi Anda setiap tahun. Angka 15% ini adalah cost of equity atau biaya ekuitas/biaya modal yang Anda harapkan.
Jika Coffee Shop tersebut tidak mampu memberikan pengembalian setidaknya 15%, maka menurut perhitungan Anda, investasi ini tidak layak dilakukan karena risiko yang Anda tanggung tidak sebanding dengan pengembalian yang diharapkan.
Namun, jika pengembalian yang diharapkan lebih tinggi dari 15%, Anda mungkin akan merasa lebih yakin untuk berinvestasi karena potensi keuntungan sepadan dengan risikonya.
Cost of equity dalam kehidupan sehari-hari menggambarkan bagaimana investor (seperti Anda) menilai apakah sebuah investasi layak dilakukan dengan mempertimbangkan risiko dan imbalan yang diharapkan.
- Pertanyaaan selanjutnya, dari mana perhitungan 15% tersebut?
Untuk memahami dari mana angka 15% sebagai cost of equity dalam contoh sebelumnya berasal, mari kita lihat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi penetapan angka tersebut.
- Risiko Usaha:
- Bisnis Coffee Shop teman Anda mungkin baru dan belum memiliki reputasi atau pelanggan tetap, sehingga dianggap lebih berisiko daripada bisnis yang sudah mapan. Misalnya, Anda berpikir bahwa ada kemungkinan besar Coffee Shop ini tidak akan berhasil. Karena risiko tinggi ini, Anda mungkin meminta pengembalian yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko tersebut.
- Alternatif Investasi:
- Anda dapat membandingkan dengan opsi investasi lain yang lebih aman, seperti deposito di bank yang menawarkan bunga 5% per tahun. Namun, karena bisnis Coffee Shop lebih berisiko daripada menaruh uang di bank, Anda berharap mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi dari 5%. Anda mungkin menambahkan premi risiko sebesar 10% (dari risiko yang lebih tinggi) di atas bunga deposito, sehingga totalnya menjadi 15%.
- Inflasi dan Suku Bunga:
- Anda juga dapat mempertimbangkan inflasi dan suku bunga pasar. Jika inflasi sekitar 3% per tahun dan suku bunga pinjaman di bank adalah 7%, Anda ingin mendapatkan pengembalian yang cukup tinggi untuk menutupi inflasi dan tetap menghasilkan keuntungan setelah biaya pinjaman. Maka, Anda mempertimbangkan beberapa persen lagi untuk memastikan nilai investasi Anda tidak tergerus oleh inflasi.
- Performa Pasar Saham:
- Anda bisa melihat return yang dihasilkan oleh pasar saham atau sektor serupa. Jika rata-rata return pasar saham di sektor makanan dan minuman adalah sekitar 12% per tahun, dan Anda merasa bisnis kafe ini lebih berisiko, Anda mungkin menetapkan cost of equity di atas rata-rata pasar, yaitu 15%, untuk mencerminkan risiko tambahan tersebut.
Angka 15% dalam contoh yang kita bahas sebelumnya memang didasarkan pada pertimbangan subjektif, namun dalam praktik keuangan, perhitungan cost of equity biasanya dilakukan dengan menggunakan model seperti Capital Asset Pricing Model (CAPM) seperti yang telah dijelaskan di Bagian I (dapat dibaca di sini).
Salam,
Properti Valuer & Advisor
Artikel terkait: