Hirarki nilai wajar yang diterapkan dalam PSAK 68 (Per 2024 berubah menjadi PSAK 113 tentang Nilai Wajar) merupakan suatu kerangka kerja yang mengorganisir data masukan penilaian ke dalam tiga level yang berbeda. Dalam pengukuran nilai wajar, ketepatan dan keterandalan data yang digunakan sangat penting untuk memastikan konsistensi dan keandalan hasil penilaian. Oleh karena itu, pengelompokan input penilaian ke dalam tiga level ini membantu untuk meningkatkan pemahaman tentang kualitas data yang digunakan dalam penilaian nilai wajar suatu aset atau liabilitas.
Dengan memberikan prioritas tertinggi kepada data yang paling andal dan langsung tersedia (level 1) dan prioritas terendah untuk data yang paling subjektif dan tidak dapat diobservasi langsung (level 3). Hirarki nilai wajar ini memfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih baik dan pengungkapan yang lebih transparan dalam laporan keuangan. Dengan demikian, pemahaman yang jelas tentang tiga level hirarki nilai wajar ini adalah kunci untuk memahami prinsip-prinsip penilaian yang digunakan dalam konteks akuntansi.
Adapun tiga tingkatan hirarki Nilai Wajar adalah :
Input Level 1:
- Ini adalah data masukan penilaian yang paling dapat diandalkan dan langsung tersedia.
- Input level 1 merupakan harga kuotasi (tanpa penyesuaian) dari transaksi yang terjadi di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik dengan aset atau liabilitas yang sedang dinilai, yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran/penilaian kecuali dalam beberapa pengecualian tertentu.
- Prioritas tertinggi diberikan kepada input level 1 karena keandalannya yang tinggi.
- Harga kuotasi di pasar aktif ini menyediakan bukti yang paling andal dari Nilai Wajar dan dapat digunakan tanpa penyesuaian.
- Contohnya adalah harga saham yang tercatat di bursa saham atau harga obligasi yang terdaftar di pasar terbuka.
- Namun, ada beberapa penyesuaian dalam pengecualian, yaitu apabila terjadi keadaan:
- Tidak dapat diakses untuk setiap aset atau liabilitas tersebut secara individual;
- Harga kuotasi di pasar aktif tidak merepresentasikan nilai wajar pada tanggal pengukuran;
- Aset di pasar aktif dan harga tersebut perlu untuk disesuaikan untuk faktor yang spesifik terhadap item atau aset tersebut.
Input Level 2:
- Ini adalah input selain dari harga kuotasi yang termasuk dalam level 1.
- Input level 2 dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Meskipun tidak sekuat level 1, input level 2 masih dianggap cukup dapat diandalkan untuk digunakan dalam penilaian nilai wajar.
- Jika aset atau liabilitas memiliki persyaratan (kontraktual) spesifik, data masukan Level 2 ini harus dapat diobservasi untuk keseluruhan jangka waktu kontrak yang substansial dari aset maupun liabilitas dimaksud, contoh:
- harga kuotasi untuk aset/liabilitas yang serupa di pasar aktif;
- harga kuotasi untuk aset/liabilitas yang identik/serupa di pasar yang tidak aktif;
- input selain harga kuotasi yang dapat diobservasi;
- input yang market-corroborated/diperkuat pasar.
- Sehingga, selain harga-harga kutipan langsung dari pasar, terdapat juga input lain yang dapat diamati untuk menilai nilai wajar suatu aset atau liabilitas.
- Contohnya adalah informasi mengenai tingkat suku bunga, kurva imbal hasil, volatilitas tersirat, penyebaran kredit, serta input yang berasal dari atau diperkuat oleh data pasar yang dapat diamati melalui korelasi atau cara lainnya. Ini menunjukkan bahwa terdapat beragam faktor dan data yang dapat digunakan untuk mengukur nilai wajar, tidak hanya terbatas pada harga-harga kutipan langsung di pasar.
- Penyesuaian untuk data masukan/input Level 2 ini akan bergantung pada faktor-faktor spesifik untuk aset/liabilitas dimaksud. Misalnya:
- Kondisi atau lokasi aset
- Tingkat dimana input berkaitan dengan item yang sebanding
- volume aktivitas di pasar dimana input diamati.
Input Level 3:
- Ini adalah input yang tidak dapat diobservasi langsung untuk aset atau liabilitas, sehingga memungkinkan untuk situasi di mana terdapat sedikit atau bahkan tidak ada aktivitas pasar untuk aset atau liabilitas pada tanggal pengukuran.
- Proses pengembangan input ini melibatkan penggunaan informasi terbaik yang tersedia dalam situasi tersebut, yang mungkin termasuk data internal dari entitas itu sendiri. Entitas juga harus mempertimbangkan semua informasi tentang asumsi yang digunakan oleh peserta pasar dalam mengambil keputusan.
- Input level 3 seringkali lebih subjektif dan memerlukan penilaian yang lebih dalam atau menggunakan model penilaian yang kompleks.
- Prioritas terendah diberikan kepada input level 3 dalam hirarki nilai wajar karena tingkat ketidakpastiannya yang lebih tinggi.
- Contohnya bisa mencakup proyeksi pendapatan masa depan untuk aset tak berwujud atau perkiraan nilai likuidasi dalam situasi yang tidak biasa.
Dengan menggolongkan data masukan penilaian ke dalam tiga level ini, PSAK 68 bertujuan untuk memberikan panduan yang jelas tentang kualitas dan keandalan data yang digunakan dalam penilaian nilai wajar, sehingga meningkatkan konsistensi dan keterbandingan di antara entitas serta memfasilitasi pengungkapan yang lebih transparan dalam laporan keuangan.
Demikian penjelasan mengenai hirarki Nilai Wajar (PSAK 68, saat ini PSAK 113). Semoga bermanfaat!
Salam,
Property Valuer & Advisor
—
Artikel pilihan terkait:
- Dasar Nilai untuk Penilaian Tujuan Laporan Keuangan dan Perbedaannya
- Memahami Beda Nilai Wajar dan Nilai Pasar (Contoh dari India)
- Pengertian Nilai Wajar Berdasarkan SPI 2018
Penilaian.id oleh Asti Widyahari
Property Valuer & Advisor
Asti Widyahari is an experienced property valuer and advisor based in Jakarta, Indonesia, with extensive expertise in property valuation and property consultancy. She is the founder of Penilaian.id and CekNilai.id. Asti is also an active speaker at international conferences, promoting the property valuation profession and professional development in the sector.
Tentang Asti Widyahari
Asti Widyahari adalah Penilai dan Advisor Properti berpengalaman yang berbasis di Jakarta, Indonesia, dengan keahlian dalam penilaian properti dan konsultasi properti. Ia adalah pendiri Penilaian.id dan CekNilai.id. Asti juga aktif sebagai pembicara di konferensi internasional, mempromosikan profesi Penilai dan pengembangan profesional di sektor ini.