Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit dari kita yang memiliki ragam benda / barang yang sudah rusak dan tidak terpakai. Benda-benda tersebut bisa dalam berbagai bentuk mulai dari barang elektronik, pajangan, alat makan kuno dan lain-lain, baik dari hasil beli sendiri, hasil menang telekuis acara sahur tahun kemarin, ataupun barang-barang pemberian mantan.
Ketika jumlah barangnya sedikit mungkin masih bisa diabaikan, namun ketika jumlah barangnya banyak atau ukurannya besar tentunya dapat mengganggu pandangan dan aktivitas sehingga ada perasaan kuat yang mendorong untuk segera menyingkirkan benda / barang tersebut.
Benda-benda tersebut meskipun sudah tidak dapat digunakan dengan baik sebagaimana fungsinya, masih dipandang memiliki nilai dari unsur-unsur fisik komponennya ataupun material penyusunnya untuk dimanfaatkan ke dalam suatu fungsi atau bentuk lain (daur ulang), maupun sebagai bahan alternatif sumber komponen dari barang atau benda serupa yang masih berfungsi.
Contoh yang lebih umum misalnya sampah plastik yang dikumpulkan pemulung untuk kemudian dijual kepada penadah. Bagi penadah, sampah – sampah plastik tersebut masih memiliki nilai karena ada tujuan untuk dimanfaatkan kembali (daur ulang). Atau contoh lainnya seperti pedagang suku cadang mobil, tidak jarang mereka membeli rongsokan mobil yang terabaikan baik itu eks kecelakaan ataupun potongan mobil limbah dari luar negeri untuk diambil suku cadangnya dan dijual pada pelanggan yang mencari alternatif suku cadang murah. Dan masih banyak contoh lainnya dalam skala yang lebih besar misalnya mesin usak eks pabrik, alat berat rusak eks pertambangan, besi-besi bongkaran bangunan, dan sebagainya.
Di dalam dunia penilaian, nilai yang melekat pada benda / barang – barang seperti contoh di atas disebut “Nilai Sekrap” (Scrap Value). Untuk pengertian baku sesuai teori teman-teman dapat membacanya di buku “KEPI & SPI Edisi VII – 2018”. Atau dalam pemahaman ilustrasi yang lebih mudah adalah adanya peminat yang rela membayar uang untuk suatu barang yang rusak / tidak berfungsi karena akan dimanfaatkan untuk kegunaan lain.
Tidak jarang jasa Penilai diperlukan untuk menetukan besaran opini Nilai Sekrap, umumnya untuk menilai Nilai Sekrap dari inventaris mesin, kendaraan, peralatan, dan alat berat milik suatu instansi swasta maupun pemerintah yang sudah tidak terpakai atau sudah lama tersimpan dan tidak terawat.
Gilang Adiwijaya
Penilai