Mengenal Risiko Sistematis
Beta mencerminkan risiko sistematis, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi karena berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi seluruh pasar, seperti perubahan ekonomi, suku bunga, atau krisis finansial.
Adapun penjelasan tentang Beta dapat dilihat pada artikel berikut Memahami Beta.
Risiko Sistematis vs. Risiko Tidak Sistematis
Kebalikan dari risiko sistematis adalah risiko tidak sistematis, yang memengaruhi kelompok sekuritas tertentu atau sekuritas individu. Risiko tidak sistematis dapat dikurangi melalui diversifikasi. Sementara risiko sistematis dapat dianggap sebagai probabilitas kerugian yang terkait dengan seluruh pasar atau segmen pasar, risiko tidak sistematis merujuk pada probabilitas kerugian dalam industri atau sekuritas tertentu. (Investopedia, 2024).
Beta sebagai Ukuran Risiko Sistematis:
Sebagai ukuran terhadap risiko sistematis, Beta mencerminkan sensitivitas atau volatilitas harga saham tertentu terhadap perubahan di pasar secara keseluruhan.
Contoh:
Beta = 1: Menunjukkan bahwa saham bergerak seiring dengan pasar. Jika pasar naik 1%, saham ini cenderung naik 1%.
Beta > 1: Menunjukkan bahwa saham lebih volatil dibandingkan pasar. Jika beta adalah 1.7, misalnya, dan pasar naik 1%, saham tersebut cenderung naik 1.7%. Ini menunjukkan saham lebih sensitif terhadap perubahan pasar.
Beta < 1: Menunjukkan bahwa saham kurang volatil dibandingkan pasar. Jika beta adalah 0.8, misalnya, dan pasar naik 1%, saham tersebut mungkin hanya naik 0.8%. Saham ini kurang sensitif terhadap perubahan pasar.
Contoh dari risiko sistematis yang bisa membantu memahami konsep ini lebih jelas:
1. Perubahan Kondisi Ekonomi Makro:
- Ketika terjadi resesi ekonomi, pendapatan perusahaan secara umum cenderung menurun karena daya beli konsumen berkurang. Misalnya, pada krisis keuangan, banyak perusahaan di berbagai sektor mengalami penurunan pendapatan dan harga saham mereka merosot. Ini adalah risiko yang mempengaruhi seluruh pasar, bukan hanya perusahaan tertentu.
2. Perubahan Suku Bunga:
- Jika misalkan Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga, biaya pinjaman untuk perusahaan akan meningkat. Akibatnya, perusahaan mungkin menunda atau membatalkan proyek ekspansi karena pinjaman menjadi lebih mahal. Selain itu, konsumen mungkin mengurangi pengeluaran karena pinjaman konsumsi seperti hipotek juga menjadi lebih mahal. Ini bisa menyebabkan penurunan harga saham secara umum, bukan hanya pada satu perusahaan, tetapi di seluruh pasar.
3. Inflasi:
- Jika inflasi meningkat, daya beli konsumen menurun karena harga barang dan jasa menjadi lebih mahal. Perusahaan harus menghadapi biaya produksi yang lebih tinggi dan mungkin harus menaikkan harga produk mereka, yang bisa menurunkan penjualan. Ini adalah risiko yang mempengaruhi banyak perusahaan di berbagai sektor, bukan hanya satu perusahaan.
Penjelasan Lebih Lanjut:
Dalam semua contoh di atas, faktor-faktor yang disebutkan mempengaruhi seluruh pasar atau banyak perusahaan secara bersamaan. Inilah yang disebut risiko sistematis—jenis risiko yang tidak bisa dihindari hanya dengan melakukan diversifikasi investasi ke berbagai saham atau sektor. Sebaliknya, semua perusahaan dan investor di pasar akan terkena dampaknya, meskipun tingkat dampaknya bisa berbeda-beda tergantung pada karakteristik perusahaan atau sektor tersebut.
Semoga bermanfaat!
Salam,
Regards,
Asti Widyahari
Property Valuer & Advisor